— Letia Kamila (33) kini ogah jajan sembarangan. Alih-alih jajan, Letia memilih membuat camilannya sendiri di rumah atau menahan godaan deretan jajanan yang menggiurkan. Gara-garanya, pandemi Covid-19 yang membuatnya takut bukan kepayang.
“Takut salah makan, nanti malah bikin sakit,” kata Letia , Rabu (27/5).
Sebelum pandemi meradang, Letia merupakan seorang pegawai swasta yang gemar jajan. Cimol, makaroni pedas, seblak, dan lain-lain selalu hadir di meja kerjanya setiap sore.
Letia juga tak terlalu gemar memasak. Untuk mengisi perutnya setiap pagi, siang, dan malam, Letia kerap mencari cara instan dengan memesan makanan melalui layanan pesan antar.
Tapi, kini kebiasaan-kebiasaan itu tak berlaku lagi. Pandemi Covid-19 membuat Letia lebih sadar akan kesehatan dan tak sembarang memilih makanan yang dikonsumsi.
Letia mulai belajar memasak, baik sajian berat atau ringan. Berbagai bahan dibelinya sendiri dan dicuci dengan bersih sesuai anjuran. Letia sangat menikmati proses memasak yang dilakoninya itu.
“Dengan memasak, saya jadi bisa menjamin keamanan makanan yang masuk ke dalam perut. Kalau jajan di luar, kan, kita enggak tahu prosesnya kayak apa,” kata Letia.
Letia sadar betul bahwa di tengah pandemi ini, dia harus pintar menjaga tubuhnya tetap sehat. Salah satu caranya adalah dengan mengubah kebiasaan makan. Camilan seblak dan makaroni pedas kini berganti dengan puding buah di atas meja makan.
Pandemi Covid-19 memang membuat banyak orang mulai berhati-hati soal pilihan makanan. Jaminan keamanan dan kebersihan jadi faktor pertimbangan utama.
“New normal ini orang-orang sekarang mulai beli makanan yang bersih,” ujar dokter sekaligus influencer Tirta Mandira Hudhi dalam konferensi pers bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), beberapa waktu lalu.
Ya, pandemi Covid-19 memang membuat banyak orang lebih sadar kesehatan. Tirta mengatakan, bahkan pandemi membuat tujuan gerakan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pelan-pelan tercapai.
“Karena Covid-19, [tujuan] PHBS lebih cepat tercapai. Padahal ini [PHBS] sudah dicanangkan sejak 1970-an,” kata Tirta.
PHBS sendiri merupakan gerakan atau kampanye yang dikeluarkan pemerintah mengenai anjuran untuk membiasakan diri dengan pola hidup bersih dan sehat. Tujuannya adalah terciptanya masyarakat yang sadar kesehatan dan memiliki bekal pengetahuan, serta sadar untuk menjalani perilaku hidup bersih dan sehat.
“Manfaat PHBS di masyarakat adalah mampu menciptakan lingkungan yang sehat, mencegah penyebaran penyakit menular,” tulis Kementerian Kesehatan dalam laman resminya.
Ada beberapa hal yang menjadi indikator PHBS. Melakukan aktivitas fisik atau olahraga setiap hari, konsumsi buah dan sayur, serta mencuci tangan dengan sabun dan air bersih menjadi sedikit dari sejumlah indikator PHBS.
Tengok saja yang dilakukan Rima Budiani (30). Pandemi Covid-19 membuatnya getol berolahraga. Padahal, sebelumnya boro-boro berolahraga, pergi ke kantor pun dia lebih sering mengandalkan transportasi daring yang membuatnya tak perlu berjalan kaki jauh-jauh.
“Hahaha. Sering olahraga biar daya tahan tubuhnya tetap terjaga,” kata Rima saat bercerita mengenai kegemarannya berolahraga di tengah pandemi , Rabu (27/5).
Rima tahu betul bahwa daya tahan tubuh menjadi salah satu faktor penting untuk melindungi diri dari serangan berbagai penyakit, termasuk Covid-19. Jadi, Rima tak mau main-main dengan daya tahan tubuh. Aktivitas fisik pun dilakoninya setiap hari.
Tak perlu yang terlalu berat, Rima cukup berlari-lari kecil mengelilingi perumahan tempatnya tinggal sembari berjemur di bawah sinar matahari. Sesekali Rima melakukan aktivitas yoga di pagi hari.
“Pokoknya apa pun itu, yang penting setiap hari harus melakukan aktivitas fisik sebagaimana yang dianjurkan,” kata Rima.
Dengan rajin berolahraga seperti sekarang, Rima merasa lebih sehat. Badan pun dirasanya lebih segar dan hati terasa tenang karena merasa aman dan sehat.